Jakarta,Komunitastodays,- Krisis listrik nasional tak bisa dilepaskan dari penggunaan bola lampu yang tidak tepat. Produk lampu hemat listrik dan tanpa merkuri jadi pilihan tepat dalam mengatasi krisis listrik nasional dan dampak perubahan iklim.
Hal itu diungkap John Manoppo dalam Pameran Inagreentech 2022, di Jakarta Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (17/3/2022).
John Manoppo mengatakan, saat ini, PLN oversupply. Salah satu penyebabnya adalah masalah lampu.
“Dulu, kita pakai lampu teplok, lalu lampu LHE, sekarang LED (Light Emitting Diode). Dengan LED, terkurang banyak penggunaan listrik kita. Jadi hemat. Lampu LED juga tak mengandung merkuri. Paris Agreement di bawah PBB melarang penggunaan merkuri,” jelas John Manoppo.
John mengatakan, saat ini, di Indonesia, ada 70.300.000 lebih pengguna lampu. Bila dalam 1 rumah saja ada 10 lampu, selama setahun berapa kali yang putus. Di sinilah masyarakat butuh lampu yang kuat dan hemat listrik. Orang Indonesia harus membangun pabrik lampu, agar tidak terus import dari luar.
Dulu, sebelum Covid-19, kata John, 85% lampu di dunia dibuat di China. Sebelum Covid-19, harga impor lampu dari China 800 dollar AS, sekarang sudah menjadi 4.000 dollar. “Jadi, kita harus bikin pabrik lampu di Indonesia. Pasar kita besar. 80% lampu di Indonesia merupakan produk impor,” ujar John Manoppo prihatin.
Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (APERLINDO), misalnya, memperkirakan nilai investasi produsen lampu asal China di Indonesia, pada 2019-2020 berkisar 150-400 juta dollar AS. Maka perlu ada perubahan paradigma. Indonesia harus menjadi produsen lampu terbesar untuk rakyatnya sendiri, tak selalu harus impor dari China.
Sejak 2017, APERLINDO diundang ke Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo, membahas bagaimana kita mengganti lampu di Indonesia untuk mengurangi merkuri yang dilarang Kesepakatan Paris (2015).
“Sekarang produsen lampu mengandung merkuri itu sudah berkurang, karena lampu jenis itu mahal. Lampu LED tak mengandung merkuri, hemat energi, dan gampang membuatnya. Sebagai perbandingan, lampu LHE 20 Watt sama dengan lampu LED 10 Watt,” jelas John Manoppo.
Peluang pasar lampu LED menggiurkan, sehingga mengundang produsen lampu asal hina membangun pabrik LED di Indonesia.
APERLINDO memiliki banyak anggota. Ada 36 perusahaan anggotanya merupakan importir lampu. Hanya ada 6 perusahaan sebagai produsen lampu, yang memiliki pabrik lampu di Indonesia. Produsen lampu lokal di Indonesia hanya baru bisa memenuhi kebutuhan lampu LED domestik sebesar 20 persen, yang sisa diimpor. Philips masih menguasai pangsa pasar lampu LED di Indonesia sebesar 40 persen.
Peluang pasar lampu hemat listrik dan tanpa merkuri, di Indonesia, membuat kita harus membangun pabrik lampu Indonesia. * (Riko).