Jakarta, Komunitastodays,- Kegaduhan penolakan RUU Kesehatan yang dilakukan sejumlah tenaga kesehatan dan dokter di Gedung DPR/MPR RI, Senin (5/6/2023), mendapat tanggapan positif dari praktisi kesehatan masyarakat dr Ngabila Salama.
” Apa yang dilakukan rekan-rekannya, menurut dia, adalah demi kesejahteraan para tenaga kesehatan. Tetapi, alangkah baiknya melihat kembali betapa pentingnya RUU Kesehatan tersebut didukung,” ujan dr.Ngabila.
Menurut dr Ngabila, ada tujuh alasan pentingnya mendukung RUU kesehatan, karena disebutnya mencakup hal-hal berikut ini:
1. STR semua tenaga kesehatan akan berlaku seumur hidup tanpa perlu perpanjangan lagi, yang biasanya dilakukan setiap 5 tahun sekali.
2. Izin praktik tenaga kesehatan gratis 5 tahun sekali tanpa wajib membayar apapun, termasuk iuran keanggotaan organisasi profesi dan menggunakan aplikasi transparan, digital, otomatis, yang disusun oleh Kemenkes RI.
3. Organisasi profesi akan independen dan tidak diatur pemerintah (tidak dibunyikan dalam UU), akan tetapi tetap mandiri menjadi mitra pemerintah dalam hal kesehatan dan terus menjaga marwah dan kebaikan-kebaikan untuk anggotanya, termasuk perlindungan dana kesejahteraan anggota.
4. Adanya hospital based (collegium based) untuk menghasilkan dokter spesialis selain yang selama ini berbasis universitas dan AHS, yang akan terus ada (hospital based ini akan menggratiskan sekolah spesialis, peserta tetap dibayar selama sekolah karena mengabdi di RS pendidikan, dan mencegah bullying), menciptakan spesialis merata di pelosok berbasis data kebutuhan spesialis di lapangan.
5. Perlindungan hukum nakes ditambah dari UU sebelumnya, di antaranya perlindungan selama pendidikan, nakes bisa menghentikan pelayanan ke pasien jika ada ancaman verbal, dan penyelesaian sengketa diutamakan mediasi dan di luar pengadilan, narasi kesembuhan sudah dihapuskan, dan menambah perlindungan hukum untuk tenaga kesehatan.
6. Kesejahteraan tenaga kesehatan ditambahkan dengan banyak dibunyikan dalam DIM RUU peran dari pemerintah daerah (insentif, infrastruktur, sarpras, beasiswa, pemerataan dan mutu layanan kesehatan, dll) dan sudah dibunyikan tenaga kesehayan mendapat insentif yang LAYAK.
7. Kesehatan masyarakat diutamakan dengan pilar pertama: transformasi layanan primer. Ada 300.000 posyandu prima di level RW / RT, adanya insentif kader, dan lainnya.
“RUU kesehatan itu merupakan upaya reformasi sistem kesehatan pro rakyat dan tenaga kesehatan. Mari dukung dengan memberikan masukan konstruktif tanpa henti. Kawal regulasi teknis untuk memperkuat layanan kesehatan baik, merata, dan bermutu di Indonesia,” ujar dr Ngabila melalui release yang diterima meja redaksi.
Semoga RUU kesehatan terus memperkuat ini. Lebih baik memulai, ada progres sedikit demi sedikit, daripada tidak pernah memulai sama sekali. Kesehatan di Indonesia harus naik kelas, mengedepankan hidup sehat dan cegah sakit. Cara ini akan mengurangi pembiayaan kesehatan, terutama di layanan rujukan (RS).
Ke depannya, public health juga akan menjadi hal yang menarik untuk ditekuni oleh para tenaga kesehatan dan menjadi peluang karier dengan adanya spesialis kedokteran keluarga layanan primer (Sp.KKLP) untuk peluang karier spesialis dokter gatekeeper di layanan primer.
Dengan konsep cegah sakit, beban negara untuk kesehatan menurun, utamanya untuk pengobatan. Akan lebih efektif dan efisien jika ada sinergi pemerintah pusat dan daerah, serta kolaborasi pentaheliks yang harus dikuatkan (masyarakat, swasta, akademisi dan mahasiswa, pers, dan tentunya pemerintah sebagai penjahit kolaborasinya). (Ferry)