Jakarta, Komunitastodays,- Sebuah peristiwa tragis terjadi di Jakarta, di mana seorang remaja berusia 16 tahun menyerang orang tua dan neneknya dengan pisau. Remaja tersebut diduga sedang mengalami halusinasi dan skizofrenia, kondisi gangguan jiwa berat yang muncul setelah serangkaian masalah mental yang diabaikan sejak dini. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi kita semua tentang pentingnya mengenali gejala gangguan jiwa ringan pada anak-anak dan remaja, yang jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi gangguan jiwa serius.
Menurut dr. Ngabila Salama, MKM, praktisi kesehatan masyarakat yang ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (4/12/2024), gangguan jiwa tidak muncul begitu saja tanpa tanda-tanda awal. Gejala awal seperti perubahan emosi, perilaku aneh, gangguan tidur, dan kecemasan berlebihan sering kali diabaikan oleh orang tua atau lingkungan sekitar. Padahal, jika segera dikenali, gangguan mental ringan pada anak-anak dan remaja bisa diatasi dengan konseling atau psikoterapi supportif tanpa perlu obat-obatan, dan dapat sembuh dengan cepat tanpa ada gejala sisa.
“Jika gejala awal dikenali sejak dini, terapi dengan ahli psikologi atau psikiater sangat penting untuk mencegah perkembangan gangguan jiwa yang lebih berat. Ini adalah langkah pencegahan yang bisa menyelamatkan kehidupan,” ujar dr. Ngabila.
Dr. Ngabila juga menjelaskan tanda-tanda yang perlu diperhatikan orang tua terkait gangguan kesehatan mental pada balita dan anak-anak, yang mencakup perubahan emosi, perilaku tidak biasa seperti menarik diri atau agresi, gangguan tidur, serta kecemasan berlebihan. Selain itu, anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan mental sering menunjukkan penurunan prestasi akademik, perubahan perilaku sosial, serta keluhan fisik tanpa penyebab medis yang jelas.
Gejala awal gangguan jiwa pada anak-anak, jika dibiarkan, dapat berisiko menyebabkan masalah mental yang lebih serius, bahkan berujung pada kekerasan atau ancaman terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain. Sebagai contoh, remaja yang mengalami kecemasan ekstrem dan kesulitan mengontrol emosi bisa berisiko melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang di sekitarnya, seperti yang terjadi pada kasus tragis ini.
Pentingnya Perhatian dan Konseling Dini
Sebagai langkah pencegahan, dr. Ngabila menekankan bahwa orang tua harus lebih sensitif terhadap perubahan perilaku anak-anak mereka, terutama ketika terjadi perubahan emosi yang ekstrem, penurunan minat terhadap kegiatan sosial, atau gangguan tidur dan makan. Sebuah pendekatan empatik, dengan memberi perhatian lebih kepada anak dan berbicara tentang apa yang mereka rasakan tanpa menghakimi, dapat membuat perbedaan besar.
Jika ada gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dalam banyak kasus, terapi psikologis sudah cukup untuk mengatasi gangguan mental ringan tanpa memerlukan obat-obatan, dan dapat membantu anak untuk sembuh dengan cepat, serta kembali menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
“Sebagai masyarakat, kita harus lebih peduli dan tanggap terhadap masalah kesehatan mental, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan,” tutup dr. Ngabila.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa gangguan jiwa bukanlah masalah yang bisa dianggap sepele. Deteksi dini, intervensi yang tepat, dan dukungan keluarga sangat penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. (FN)